Perjalanan Empat Tahun Clean Eating Yang On-Off
Salah satunya jadi bisa mengenali kondisi dan respon tubuh dengan lebih baik.
Awalnya, sejak tahun 2013 saya menjalani pola makan food combining, tapi kemudian ketika melahirkan dan memasuki masa menyusui anak kedua di tahun 2015, saya beralih ke pola makan clean eating. Apa pasal?
Di pola makan food combining, menurut juklak, saya seharusnya memgonsumsi hanya buah-buahan saja di pagi hari sampai jam 12 siang.
Pada prakteknya, di masa menyusui, kala itu, saya gampang banget lapar. Belum jam maksi udah laper banget, dan sempat mengalami drop gula darah karena baru makan nasi selepas jam 12. Sejak itu, saya memutuskan untuk mengganti pola makan.
Ternyata pola makan clean eating ini lebih cocok untuk saya, dan karena jauh lebih mudah dijalani ketimbang food combining, pola makan clean eating ini jadi bisa bertahan hingga hari ini.
Sejak menjalani pola makan clean eating, gula darah saya juga lebih stabil jarang banget kliyengan karena kurang asupan gula. Berat badan juga ngga gampang naik meski asupannya banyak.
Bagaimana urutan clean eating yang saya jalani hingga hari ini?
Pear Packham yang jadi camilan favorit atau isian salad #SuPear |
Pertama di pagi hari saya selalu mulai dengan minum segelas air hangat dan sari jeruk nipis atau lemon. Kemudian setelah jeda setengah jam, saya mulai mengonsumsi buah potong. Buah yang selalu dikonsumsi biasanya, pepaya, semangka, dan apel atau pir.
Setelah konsumsi buah potong, kalau lagi rajin saya juga menambah asupan dengan segelas smoothies, paling sering isinya sayuran hijau seperti pakchoy atau kale yang dikombinasikan dengan nanas atau pisang.
Salah satu kunci clean eating adalah konsumsi bahan makanan minim proses, misalnya dengan memperbanyak sayuran segar yang tidak dimasak serta buah-buahan. |
Selanjutnya, sekitar pukul 10 saya mulai mengonsumsi serealia, bisa berupa muesli, oat, atau sereal jagung. Kadang, jam 11 saya juga sudah mulai makan siang berupa nasi dan lauk pauknya.
Juklak seperti itu berlaku kalau saya sedang di rumah. Lain ceritanya jika ada kegiatan di luar rumah, saya lebih seringnya langsung konsumsi nasi dan lauk pauk dan skip bagian serealia.
Setelah makan siang, biasanya saya makan lagi camilan, bisa macam-macam tergantung kesediaan bahan saat itu. Bisa ngemil buah lagi, makan salad sayuran, atau makanan yang minim proses, misalnya pisang, labu, atau ubi yang direbus.
Menyiapkan makanan dan camilan sendiri adalah kunci keberhasilan clean eating. |
Camilan minim proses, labu kukus siram santan, kacang edamame rebus, kurma, dan agar2 |
Makan malam biasanya pukul 7 malam, paling lambat pukul delapan dengan menu yang hampir sama dengan makan siang dan ditutup dengan jus sayuran.
Terus kalau pingin ngemil malam-malam gimana?
Nah, seringnya cheating atau godaan terjadi di jam-jam tersebut. Biasanya sehabis pillow talk dengan paksu suka tiba-tiba kepikiran order sesuatu atau ngemil apa gitu. Apalagi kalau malam masih nulis dan ngebelajarin anak-anak, bisa laper lagi tuh.
Nah, untuk mengatasinya sebenarnya jurus menutup jam makan dengan smoothies atau jus sayuran ini manjur banget karena bikin laper seketika hilang. Tapi kalau nekat masih lapar yang sifatnya emosional, saat ini kami berupaya untuk ngemil sehat. Makaya sayuran segar dan buah selalu ada di kulkas buat jaga-jaga.
Selama menjalani pola makan clean eating, alarm tubuh jadi lebih sensitif terhadap zat-zat yang ngga seharusnya masuk ke tubuh. Misalnya kalau pas habis jajan di luar, kami jadi aware kalau makanan yang dikonsumsi kebanyakan penyedap, misalnya dengan kerongkongan jadi gatel. Setelahnya, kami jadi lebih banyak konsumsi air putih untuk menetralkan.
Pola makan clean eating membuat saya terbiasa makan makanan yang minim proses dan diberi banyak zat tambahan. Jadi, kalau pas mendapati makanan yang yang diberi zat aditif tubuh langsung membunyikan alarm.
Manfaat lain clean eating, saya mulai bisa memilah mana makanan yang baik untuk kondisi tubuh dan pikiran, dan mana yang enggak. Misalnya nih, kalau habis makan yang bergluten, biasanya perut bakal sebah banget, emosi gampang naik-turun, dan tidur jadi ngga nyenyak. Karena sudah hapal dengan reaksinya maka saya berupaya untuk menghindari makanan dengan gluten tinggi.
Terus, kalau pas ada aktivitas yang membuat saya nggak bisa mengonsumsi makanan buatan rumah gimana? Atau pas traveling atau workshop?
selama workshop tetap berusaha konsisten menjaga asupan sesuai kaidah clean eating. |
Biasanya, pola dan pilihan makanannya tetap sama. Sebisa mungkin menghindari makanan yang terlalu banyak langkah pemrosesannya. Atau kalau nggak bisa, tetap berusaha mengimbangi dengan konsumsi makanan segar yang tanpa proses memasak, yaitu buah dan sayuran.
Manfaat lain yang paling terasa dengan clean eating adalah tubuh sudah terbiasa dengan enzim hidup yang ada pada makanan segar, otomatis kondisi tersebut bikin nagih. Misalnya, pas lagi off clean eating, tiba-tiba tubuh craving for sayuran hijau atau buah-buahan.
Ya, itu karena tubuh sudah merasakan enaknya diberi makanan hidup makanya ia kembali menuntut haknya. Kalau sudah si tahapan ini, menjalani pola makan clean eating bakal lebih langgeng karena tubuh sudah terbiasa. Ibaratnya tersesat, langsung bisa kembali menemukan jalan yang benar.
Semoga di tahun 2020 ini, pola makan clean eating yang dijalani meningkat dan terus istiqomah hingga tubuh dan pikiran bisa memetik hasilnya.
Komentar
Posting Komentar