Optimalisasi Posisi Janin Dan Afirmasi Positif Untuk Mendukung VBAC Yang Gentle
Setelah berhasil VBAC saat melahirkan anak kedua di tahun 2015, di kehamilan ketiga kemarin, sejak awal saya juga sudah berniat agar kelahiran anak ketiga bisa VBAC dan gentle birth. Apa saja pemberdayaan diri yang bisa dilakukan untuk bisa menjalani keduanya? Simak ceritanya ya.
Cerita Kelahiran Baby K, VBAC Kedua & Gentle Birth.
Menyadari bahwa saat memulai kehamilan ketiga kemarin kurang diiringi dengan semangat yang positif, saya pun mencoba menebusnya dengan melakukan banyak afirmasi positif di trimester kedua dan ketiga.
Alhamdulillah, meski mengalami pendarahan di trimester awal, juga ada dugaan akan terjadinya plasenta previa, semua bisa diatasi dengan afirmasi positif yang dilakukan menjelang tidur serta ketika bangun pagi.
Tuhan Maha Baik, ternyata ada makna mengapa plasenta menutupi jalan lahir di trimester awal. Ternyata itu seperti pagar untuk melindungi bayi di dalam kandungan dari berbagai gangguan dari luar.
Memasuki trimester ketiga, plasenta yang tadinya memagari jalan lahir, berbalik dan bayi pun sudah berada di posisi dan jalan lahir yang tepat. Alhamdulillah.
Bisa dibilang hamil ketiga ini kondisi fisik saya paling bugar, dibanding saat hamil pertama dan kedua. Saya baru membatasi untuk bepergian ketiga kehamilan masuk usia 32 minggu.
Perkiraan HPL sebenarnya di pertengahan bulan Oktober. Jadi, sejak awal bulan saya masih sibuk dengan beberapa pekerjaan. Sembari sounding ke debay :
"Dek, pilih hari yang terbaik menurutmu, ya. Ini Bunda masih ada kerjaan ABC yang harus dibereskan dulu. Lahirlah saat Bunda, Ayah, dan Kakak-Kakak siap fisik dan mental."
Seperti nyetrum dan paham keinginan Ibunya, begitu pekerjaan utama beres, kamar selesai di-makeover, baju-baju bayi beres dicuci, hihihi...gelombang itu pun datang.
"Dek, pilih hari yang terbaik menurutmu, ya. Ini Bunda masih ada kerjaan ABC yang harus dibereskan dulu. Lahirlah saat Bunda, Ayah, dan Kakak-Kakak siap fisik dan mental."
Seperti nyetrum dan paham keinginan Ibunya, begitu pekerjaan utama beres, kamar selesai di-makeover, baju-baju bayi beres dicuci, hihihi...gelombang itu pun datang.
Meski sebenarnya Selasa, 8 Oktober sore itu saya masih harus liputan, ternyata debay memutuskan untuk launching dan telah memilihkan hari kelahiran yang tepat.
Kenapa tepat? Karena bersamaan dengan itu Bu Bidan Naning sedang tidak ke luar kota. Sejak awal, saya sudah niatkan harus Bu Naning yang menolong dan membantu kelahiran anak ketiga.
Kenapa tepat? Karena bersamaan dengan itu Bu Bidan Naning sedang tidak ke luar kota. Sejak awal, saya sudah niatkan harus Bu Naning yang menolong dan membantu kelahiran anak ketiga.
Sejak tanggal 6 Oktober, saya sebenarnya sudah merasakan 'gelombang cinta' meski datangnya belum rutin. Saya afirmasikan kepada debay, bahwa saya ingin sampai di klinik bersalin saat bukaan sudah banyak.
Lucunya, gelombang cinta hanya datang saat malam saja. Setiap pagi, saya masih aktivitas bekerja seperti biasa. Tapi ketika sore di rumah, gelombang cinta itu bakal datang kembali.
Di tanggal 7 Oktober, gelombangnya makin intens. Meski paginya masih ke kantor untuk membereskan pekerjaan.
Sore hari saat di rumah, intensitas gelombang cinta makin kuat. Tapi belum ada bercak merah jambu atau lendir.
Sore hari saat di rumah, intensitas gelombang cinta makin kuat. Tapi belum ada bercak merah jambu atau lendir.
Saya masih santai melakukan pekerjaan rumah. Baru ketika malam hari, kontraksi mulai lebih intens. Mulai jam 11 malam, durasinya sudah mulai teratur.
Pukul setengah dua dini hari, saya putuskan mandi berendam air hangat, sementara Paksu menyiapkan barang-barang untuk ke klinik.
Pukul setengah dua dini hari, saya putuskan mandi berendam air hangat, sementara Paksu menyiapkan barang-barang untuk ke klinik.
Jam setengah 3, saya selesai berendam, dengan gelombang cinta yang makin intens, saya sempatkan berdandan dan ganti pakaian.
"Lha, malah pake alis? Ini kita jadi berangkat ke klinik apa ngga? Ayook, nanti keburu brojol di jalan gimana?" ujar Paksu yang raut wajahnya mulai cemas.
"Sabar, ini aku tak dandan dulu. Nanti kalau ternyata sampai sana masih bukaan 3 gimana?"
"Kalau menurut yang aku googling, kontraksi tiap lima menit sekali itu udah bukaan lima, lho... " timpal Paksu sambil membangunkan Si Sulung agar membantunya memasukkan barang-barang ke mobil.
Sebenarnya kontraksi memang sudah aduhai, tiap lima atau mungkin tiga menit saya berusaha mengatur napas.
Untuk bisa sampai ke mobil saja, saya kudu berhenti empat sampai lima kali untuk memberikan kesempatan gelombang cinta membuka jalan lahir.
Untuk bisa sampai ke mobil saja, saya kudu berhenti empat sampai lima kali untuk memberikan kesempatan gelombang cinta membuka jalan lahir.
Sambil terus istigfar dan membayangkan bunga mawar yang merekah sempurna sebagai bentuk afirmasi, kami pun bertolak ke klinik pukul 3 pagi.
Paksu menyetir super kencang, yang saya ingat ia melewati dua truk dengan kecepatan yang kalau dilakukan saat kondisi normal pasti sudah bikin saya ngamuk.
Benar saja, sampai klinik di Ungaran, saat diperiksa dalam, saya sudah bukaan 8. Paksu segera mengontak Bu Naning. Dan begitu beliau datang, saya sudah bukaan lengkap dan siap untuk mengejan.
Meski sudah dibekali ilmu, prakteknya menahan mengejan dan mengatur napas itu sulitnya luar biasa. Jadi sambil meremas lengan Paksu saya menahan keinginan untuk mengangkat pantat dan mengejan.
Sayang pijat perineumnya, kalau saya buru-buru mengejan. Dan sudah meyakinkan diri kalau kali ini, tidak akan ada jahitan atau robekan yang berarti. Bismillah.
Alhamdulillah, cuma sobek dua sentimeter dan hanya perlu tiga jahitan, begitu kata Bu Bidan. Ketika selesai melahirkan debay pada pukul empat lebih, tepatnya setelah adzan shubuh berkumandang.
Alhamdulillah, persalinan berjalan cepat dan lancar. Terimakasih Gusti Allah yang Maha Baik. Nggak menyangka semua begitu dimudahkan.
Sama seperti Kak Tazka, Dek Kia selanjutnya juga menjalani Lotus Birth. Tentang ini, nanti dibahas di artikel berikutnya, ya.
Sayang pijat perineumnya, kalau saya buru-buru mengejan. Dan sudah meyakinkan diri kalau kali ini, tidak akan ada jahitan atau robekan yang berarti. Bismillah.
Alhamdulillah, cuma sobek dua sentimeter dan hanya perlu tiga jahitan, begitu kata Bu Bidan. Ketika selesai melahirkan debay pada pukul empat lebih, tepatnya setelah adzan shubuh berkumandang.
Alhamdulillah, persalinan berjalan cepat dan lancar. Terimakasih Gusti Allah yang Maha Baik. Nggak menyangka semua begitu dimudahkan.
Sama seperti Kak Tazka, Dek Kia selanjutnya juga menjalani Lotus Birth. Tentang ini, nanti dibahas di artikel berikutnya, ya.
Sejak memasuki usia 32 Minggu, Bu Bidan Cahyaning Puji Astuti sudah memberikan beberapa peer untuk saya dan Paksu agar proses persalinan ketiga ini lebih lancar.
Kalau dulu saat VBAC pertama, kami belajar hypnobirthing, di kehamilan ketiga ini kami privat cara mengoptimalkan posisi janin agar berada di jalan lahir yang pas.
Ini beberapa hal yang saya dan Paksu lakukan ketika kehamilan sudah memasuki usia 32 minggu :
1. Pijat Perineum.
Ini saya lakukan sendiri sih. Ngga terlalu rutin sebenarnya, cuma di saat-saat menjelang persalinan saya lumayan rajin memijat area tersebut dengan VCO+EO. Tujuannya supaya area perineum lebih elastis dan tidak terjadi robekan yang parah saat mengejan.
2. Rebozo Shifting & Shaking.
Needs two people to tango, buat melakukan Rebozo ini. Alat bantunya juga sederhana, cuma seledang jarik buat gendongan. Ini juga ngga rutin dilakukan sama Paksu karena berat katanya, kudu mengayun-ayun perut saya dengan selendang yang ditarik oleh kedua tangan.
Tapi Rebozo ini nyamaan banget buat bumil yang udah hamil gede. Kalau malam sebelum tidur, saya sering request untuk di-rebozo.
3. Side Lying Release.
Berbeda dengan Rebozo, latihan ini justru yang paling difavoritin Paksu, soalnya dia bisa sambil olahraga, sementara saya berbaring miring di pinggir tempat tidur untukdisiksa.
Ngga deng, ini adalah langkah untuk membuka jalan lahir, dengan jalan membuka area pelvic dengan cara didorong ke arah luar. Bingung nulisnya gimana, kudu praktek soalnya. Hehehe.
3. FLI Inversion.
Kalau ini, duduk di kursi dengan posisi kaki ditekuk ke belakang, terus perlahan kepala dan badan dijulurkan ke bawah. Intinya posisi kepala kita ada di lantai.
Duh piye nulisnya. Kudu praktek juga, haha. Tujuannya biar kepala debay makin turun ke jalan lahir. Dan buat kasus-kasus yang debaynya masih melintang di perut juga bisa dilakukan.
4. Endorphin Massage.
Yang ini paling asyik, hihihi...punggung dipijat di titik-titik tertentu dengan jari. Memanjang dari atas ke bawah. Bikin geli sekaligus relaks.
5. Pelvic Rocking.
Pakai bantuan gym ball, duduk di atasnya sambil goyang kiri-kanan atau memutar. Bisa dilakukan sambil nonton tivi atau bava buku.
Nah, itu tadi beberapa kiat VBAC dan gentle birth dengan optimalisasi posisi janin. Selebihnya, yang namanya kelahiran anak pasti punya cerita uniknya masing-masing. It's about destiny juga. Jadi, selain latihan di atas, kita juga mesti banyak terhubung dengan yang Maha Memudahkan dan menulis takdir.
Semoga ceritanya bermanfaat, ya.
Kalau dulu saat VBAC pertama, kami belajar hypnobirthing, di kehamilan ketiga ini kami privat cara mengoptimalkan posisi janin agar berada di jalan lahir yang pas.
Optimalisasi Posisi Janin Dan Afirmasi Positif Untuk Mendukung VBAC Yang Gentle
Ini beberapa hal yang saya dan Paksu lakukan ketika kehamilan sudah memasuki usia 32 minggu :
1. Pijat Perineum.
Ini saya lakukan sendiri sih. Ngga terlalu rutin sebenarnya, cuma di saat-saat menjelang persalinan saya lumayan rajin memijat area tersebut dengan VCO+EO. Tujuannya supaya area perineum lebih elastis dan tidak terjadi robekan yang parah saat mengejan.
2. Rebozo Shifting & Shaking.
Sumber gambar : bidankita |
Needs two people to tango, buat melakukan Rebozo ini. Alat bantunya juga sederhana, cuma seledang jarik buat gendongan. Ini juga ngga rutin dilakukan sama Paksu karena berat katanya, kudu mengayun-ayun perut saya dengan selendang yang ditarik oleh kedua tangan.
Tapi Rebozo ini nyamaan banget buat bumil yang udah hamil gede. Kalau malam sebelum tidur, saya sering request untuk di-rebozo.
3. Side Lying Release.
Berbeda dengan Rebozo, latihan ini justru yang paling difavoritin Paksu, soalnya dia bisa sambil olahraga, sementara saya berbaring miring di pinggir tempat tidur untuk
Ngga deng, ini adalah langkah untuk membuka jalan lahir, dengan jalan membuka area pelvic dengan cara didorong ke arah luar. Bingung nulisnya gimana, kudu praktek soalnya. Hehehe.
3. FLI Inversion.
Kalau ini, duduk di kursi dengan posisi kaki ditekuk ke belakang, terus perlahan kepala dan badan dijulurkan ke bawah. Intinya posisi kepala kita ada di lantai.
Duh piye nulisnya. Kudu praktek juga, haha. Tujuannya biar kepala debay makin turun ke jalan lahir. Dan buat kasus-kasus yang debaynya masih melintang di perut juga bisa dilakukan.
4. Endorphin Massage.
Yang ini paling asyik, hihihi...punggung dipijat di titik-titik tertentu dengan jari. Memanjang dari atas ke bawah. Bikin geli sekaligus relaks.
5. Pelvic Rocking.
Pakai bantuan gym ball, duduk di atasnya sambil goyang kiri-kanan atau memutar. Bisa dilakukan sambil nonton tivi atau bava buku.
Nah, itu tadi beberapa kiat VBAC dan gentle birth dengan optimalisasi posisi janin. Selebihnya, yang namanya kelahiran anak pasti punya cerita uniknya masing-masing. It's about destiny juga. Jadi, selain latihan di atas, kita juga mesti banyak terhubung dengan yang Maha Memudahkan dan menulis takdir.
Semoga ceritanya bermanfaat, ya.
Komentar
Posting Komentar