Membantu Memberdayakan Pelaku UMKM Dengan Mendorong Mereka Untuk Memiliki Website Sendiri
Sejak awal tahun lalu, saya berkesempatan untuk berbagi sedikit ilmu yang dimiliki dengan menjadi fasilitator Womenwill, sebuah gerakan yang diinisiasi oleh Google untuk memberdayakan wanita wirausaha Indonesia sehingga dapat mengembangkan bisnisnya dengan bantuan teknologi digital. Salah satu hal yang sering saya tanamkan kepada pelaku UMKM adalah mengenai pentingnya memiliki website sendiri untuk menumbuhkembangkan usaha mereka sehingga lebih berdaya. Kenapa website? Simak ceritanya, ya.
Menjadi fasilitator untuk mengenalkan teknologi digital kepada peserta yang rata-rata adalah ibu-ibu atau wanita yang baru memulai berwirausaha, atau justru sudah menjadi pelaku UMKM, tidak selalu mudah. Ada berbagai tantangan yang harus dihadapi, terutama jika pesertanya belum sepenuhnya melek teknologi atau pemasaran digital.
Sebagian besar peserta sebenarnya sudah mengenal apa itu bisnis online, bahkan beberapa dari mereka adalah pelaku usaha. Meski begitu, masih banyak yang belum tahu bagaimana mengoptimalkan usaha yang tengah digeluti dengan bantuan teknologi kekinian.
Dari data yang saya dapatkan ketika berbagi di kelas, sebagian besar memahami bahwa bisnis online artinya bisnis yang cara pemasarannya melibatkan media sosial atau marketplace. Anggapan itu tentu saja tidak salah karena media sosial dan marketplace juga menjadi bagian dari internet marketing.
"Teknologi itu katanya gampang, mudah, dan murah, Mbak. Bener, saya udah pakai sosial media untuk jualan juga, tapi sampai sekarang bisnis saya kayak masih jalan di tempat aja. Sebenernya apa yang salah?"
Itu adalah salah satu contoh curhatan dari salah satu peserta di kelas. Seorang ibu, baru memiliki satu anak. Usahanya adalah membuat tas berbahan kain batik yang dipadukan dengan kreasi kulit sapi. Ia memproduksi tasnya dengan desain dan jumlah yang terbatas. Pemasarannya masih dari mulut ke mulut saja. Teknologi yang digunakan sebatas berjualan lewat WA dan medsos saja.
Produk buatannya sangat bagus kualitasnya. Menurut saya bisa menjangkau pangsa ekspor jika digarap lebih serius.
Ketika melihat tas kreasinya, saya semakin menyadari bahwa banyak sekali wanita kreatif di Indonesia yang sebenarnya pintar menciptakan peluang bisnis dengan mengangkat keragaman budaya dan kearifan lokal yang dimiliki Indonesia.
Tidak heran kalau dari data Bank Indonesia menyebutkan bahwa total Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di tahun 2018 sudah mencapai 57,83 juta dengan lebih dari 60% dikelola oleh wanita.
Berdasarkan riset profil bisnis yang juga dilakukan oleh Bank Indonesia, UMKM di Indonesia berkontribusi lebih dari 60% terhadap PDB (GDP), dan 97% penyerapan tenaga kerja Indonesia. Data juga menunjukkan, 43% dari pemilik UMKM adalah wanita. Sayangnya, kontribusi UMKM yang dikelola wanita terhadap PDB negara masih sangat kecil, yaitu hanya 9,1% saja.
Hal ini disebabkan karena usaha yang dimiliki wanita sekitar 51%-nya adalah usaha kecil, dan hanya 34% dari mereka yang mengelola bisnis ukuran menengah. Kondisi itulah yang menyebabkan masih adanya kesenjangan ekonomi yang lebih besar.
Fakta yang ditemukan berdasarkan riset yang dilakukan Google, usaha yang menggunakan teknologi internet akan mengalami percepatan pertumbuhan hingga 80 %, lebih cepat daripada yang tidak menggunakan teknologi internet.
Jadi sebenarnya, jika ditunjang dengan pemanfaatan teknologi internet yang tepat, wanita wirausaha dapat mengembangkan bisnisnya dengan lebih baik sekaligus memberikan pengaruh yang lebih besar, baik dalam hal peningkatan pendapatan dari bisnis yang dijalani, sampai pada akhirnya peningkatan kesejahteraan keluarga.
Sebenarnya, para peserta yang sudah memulai dan memiliki bisnis online atau pelaku UMKM sudah menyadari kalau dalam perekonomian digital yang tengah berjalan saat ini, internet adalah faktor penting. Mereka tidak ingin tertinggal dan punya keinginan belajar yang sangat besar.
Kenyataan itu juga ditunjang oleh riset yang dilakukan Google : 48 % perempuan mengakses internet lebih dari sekali dalam sehari. Mereka tak hanya memanfaatkannya untuk bermain media sosial, tapi juga menjelajahi informasi. Hanya saja, 52 % dari mereka belum bisa menemukan konten yang dicari di internet.
Dari pengalaman berbagi di kelas, ternyata para pelaku UMKM atau wanita wirausaha belum bisa membedakan dan memetakan teknologi internet mana yang sesuai dengan jenis usaha yang sedang mereka jalani.
Contoh sederhana, banyak yang masih belum bisa membedakan antara marketplace, online shop, e-commerce, juga istilah-istilah terkait website seperti domain dan hosting.
Padahal teknik pemasaran atau penjualan serta promosinya akan berbeda-beda di masing-masing platform digital. Begitu juga dengan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing platform.
Pertanyaan yang sering ditanyakan peserta di kelas adalah :
Teknologi internet yang manakah yang sesuai bagi pelaku Bisnis Online & UMKM?
Kepada para pelaku UMKM saya seringkali menyarankan untuk tidak buru-buru terjun ke ranah marketplace. Tentunya setelah menjelaskan terlebih dahulu soal branding dan digital marketing.Ada beberapa alasan yang sering saya sampaikan, mengapa UMKM jangan buru-buru terjun ke ranah marketplace :
Padahal UMKM harus bisa membangun kesadaran merek agar usahanya bisa langgeng dan dikenal luas.
Kenapa di marketplace kesadaran merek pelanggan tidak akan terbangun? Contohnya begini, saat berbelanja di online marketplace kita jarang mengingat secara spesifik nama toko yang kita datangi. Yang lebih nyantol adalah soal apakah harga barangnya lebih murah dibanding toko online yang lain, apalagi kalau fungsi barangnya serupa dan bisa saling menggantikan.
Prinsip ekonomi dimana pembeli mencari barang yang paling murah difasilitasi habis-habisan oleh penyedia markteplace. Hanya dengan sekali klik kita bisa menemukan satu jenis barang yang sama dengan harga termurah.
Berbeda ketika pelaku UMKM berjualan di website atau situsnya sendiri, pengunjung yang datang seperti 'masuk' ke dalam rumah, mengenal eksterior dan interiornya, kemudian melihat secara spesifik barang-barang yang dijual di dalam situs.
Ada sentuhan personal dan pengalaman berbeda yang membuat pelanggan dapat mengingat dengan lebih baik merek serta produk yang dijual. Marketplace ibarat pasar yang ramai pengunjung, website adalah sebuah butik.
Website yang dibangun menjadi wajah bagi merek UMKM tersebut karena melalui tampilan dan isinya bisa merepresentasikan nilai-nilai bahkan konsep yang diusung dari sebuah merek. Saat pengunjung meninggalkan situs, ia masih dapat mengingat 'rumah' dan 'wajah' merek dari produk yang dihasilkan oleh UMKM tersebut.
2. UMKM yang berjualan di marketplace, produknya lebih rentan ditiru dan diproduksi massal oleh produsen lain dengan modal yang lebih besar.
Keunggulan UMKM sebenarnya terletak pada diferensiasi produk. Ketika berjualan di marketplace, data hasil penjualan suatu produk bisa terpampang nyata. Saat sebuah produk yang dihasilkan ternyata sangat laku di pasaran, maka akan sangat mudah bagi produsen lain, baik di dalam maupun luar negeri untuk ikut memproduksi dan memasarkan barang yang serupa.
Hilanglah keunggulan UMKM, yaitu faktor diferensiasi dan keunikannya tadi. Apalagi kalau seller luar negeri menjual dengan harga lebih murah. Di marketplace, pelaku UMKM harus bisa menerapkan nilai jual yang bisa bersaing. Apalagi kalau jenis produknya sama.
Saat berjualan di website, pelaku bisnis lebih bisa mengatur sendiri margin harga dari produknya. Selama nilainya sesuai dengan konsep, fungsi, dan nilai produk yang dihasilkan maka konsumen tidak akan melakukan pembandingan harga.
Selain itu, transaksi pembelian yang bisa langsung dilakukan di website, meminimalisir perilaku konsumen untuk membanding-bandingkan harga.
Di situs atau website, pelaku bisnis bisa menampilkan katalog produk atau portofolio dengan lebih leluasa tanpa takut seseorang menjiplak atau mengambil foto miliknya karena bisa diatur agar foto-foto yang ditampilkan, tidak bisa di copy-paste, misalnya.
3. Marketplace bukan tempat untuk membangun loyalitas pelanggan.
Padahal hal tersebut sangat dibutuhkan oleh pelaku UMKM. Di marketplace prinsip ekonomi dimana konsumen mencari barang atau produk termurah berlangsung dengan sangat mudah. Hanya dengan sekali klik, konsumen bisa memilih satu jenis barang yang sama dengan harga termurah.
Yang paling tidak menguntungkan UMKM adalah ketika ada penjual dari negara lain yang punya keunggulan dalam efisiensi produksi, rantai pasokan, dan logistik, ikut berjualan produk di marketplace yang sama. Efisiensi yang mereka miliki tadi membuat mereka bisa menawarkan harga yang lebih rendah dibanding lainnya.
Hal semacam itu tidak akan terjadi apabila UMKM membangun website atau situs miliknya sendiri.
Meski membuat situs, baru merupakan sebuah langkah awal, karena setelah itu masih ada faktor optimasi dan bagaimana melakukan pemasaran melalui internet, namun membuat situs menjadi titik awal UMKM untuk melakukan branding dan membangun loyality sejak awal memulai usahanya.
UMKM Bikin Website Sendiri, Jadi Lebih Berdaya Dan Bisa Taklukan Market.
Setelah memberikan penjelasan mengenai kelebihan dan kekurangan beberapa jenis platform digital untuk bisnis online, biasanya peserta akan mulai tertarik dan bertanya-tanya soal bagaimana membuat website atau situs bagi usahanya.
Pertanyaan biasanya akan dimulai dengan apa itu website. Ilustrasi yang paling mudah untuk menjawab pertanyaan tersebut adalah dengan mengambarkan 'sebuah rumah virtual' kepada para peserta. Website ibarat sebuah 'toko fisik' tetapi berada di ranah maya (internet).
Rumah virtual tersebut nantinya akan menampung berbagai informasi mengenai bisnis yang dijalankan. Informasinya dapat berupa teks, gambar, maupun video. Bahkan di dalam rumah virtual tadi, pelaku usaha juga bisa 'memperkerjakan' marketing dan staf penjualan.
Dari pertanyaan soal website, biasanya akan berlanjut ke nama dari website. Peserta biasanya akan bertanya, nama yang bagus atau efektif itu seperti apa.
Untuk menjelaskannya, saya akan memaparkan dulu dengan apa yang disebut dengan domain.
Untuk menjelaskannya, saya akan memaparkan dulu dengan apa yang disebut dengan domain.
"Domain adalah alamat dari 'rumah virtual' yang kita miliki di ranah maya. Supaya orang-orang bisa berkunjung ke rumah, kita harus memiliki alamat, bukan?"
Menentukan nama domain ini merupakan salah satu langkah awal sebelum membuat website. Nama domain selain menjadi alamat juga akan menjadi nama bisnis online yang dibangun, dan itu akan berfungsi juga sebagai brand image.
Nama domain biasanya terdiri dari: kata yang tersusun atas huruf, angka, tanda (-) baik yang terbaca maupun tidak terbaca. Kemudian ada juga ekstensi nama domain seperti .com, .net, .id, dan lainnya
Contoh nama domain, misalnya: www.qwords.com
Contoh nama domain, misalnya: www.qwords.com
Dalam bahasa ekstensi nama domain, ada yang disebut dengan Top Level Domain (TLD), yaitu deretan kata di belakang nama domain, misalnya : .com, .net, .org.
Top level domain dibagi menjadi dua yakni Global TLD dan Country Code TLD.
Global TLD sering dikenal dengan domain internasional yaitu: .com, .net, .org, .gov, .biz, .info. Sedangkan Country Code TLD adalah TLD yang diperuntukkan untuk masing-masing negara seperti Indonesia dengan kode ID (co.id, web.id, or.id).
Untuk membangun brand image yang baik, pelaku UMKM atau yang memiliki bisnis online bisa menggunakan nama domain populer agar mudah dikenali oleh konsumen atau pengunjung. Karena nama domain ini digunakan untuk mempermudah pengunjung datang ke 'rumah virtual' kita maka namanya juga harus mencerminkan bisnis, produk, atau layanan yang diusung.
Saat ini, proses pembelian domain dan hosting untuk website sudah semakin mudah, salah satunya dengan cara mengunjungi website penyedia layanan web hosting dan domain sesuai dengan kebutuhan usaha.
Untuk mendapatkan nama domain yang sesuai, kita bisa menggunakan jasa penyedia domain. Salah satunya yang cukup kredibel untuk membeli domain adalah Qwords.com yang berada dibawah PT Qwords Company International. Qwords sendiri sudah beroperasi sejak tahun 2005. Layanannya sudah mencakup kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Jogjakarta.
Selanjutnya, setelah mengenal domain, peserta juga perlu memahami apa itu hosting.
Hosting bisa diibaratkan sebagai tanah yang akan menampung 'rumah virtual' kita. Tanah ini nantinya yang akan menampung data-data yang dimiliki oleh website. Tanah atau hosting biasanya disewa pertahun.
Secara teknis, hosting adalah layanan untuk menyimpan data digital berupa teks, gambar atau video yang dimiliki suatu website. Data website tersebut disimpan di server hosting yang selalu aktif selama 24 jam, dan terhubung oleh internet sehingga website dapat diakses secara online oleh pengunjung.
Saran terbaik agar 'rumah virtual' yang kita miliki bisa memiliki jangkauan yang luas sehingga bisnis di dalamnya dapat dipasarkan dengan baik adalah dengan menggunakan hosting Indonesia yang berkualitas.
Setelah memahami hal yang mendasar dari sebuah website, biasanya di kelas akan muncul berbagai diskusi tentang manfaat dari memiliki website. Pengalaman personal juga biasanya akan dibagikan oleh pemilik bisnis online atau pelaku UMKM yang sudah terlebih dahulu menggunakan website.
Ini beberapa yang saya catat dan rangkum.
1. Website meningkatkan kredibilitas UMKM.
Merujuk data pengguna internet di Indonesia yang pada tahun 2019 ini sudah berada di angka 143 juta maka tidak dapat lagi disangkal bahwa saat ini konsumen akan mencari produk dan jasa yang dibutuhkan melalui internet.
Bisnis online atau UMKM akan menjadi lebih kredibel ketika memiliki website. Biasanya di era dimana konsumen tidak bisa langsung bertatap muka dengan penjual, dibutuhkan faktor 'trust'. Rasa percaya dapat tercipta ketika sebuah bisnis online memiliki 'rumah virtual' sebagai pengganti toko fisik yang bisa dikunjungi.
2. Website menjadi sarana untuk membangun brand awareness, sekaligus sarana untuk melakukan promosi.
Selain sebagai pengganti toko fisik, website dapat berisi berbagai hal terkait usaha yang dibangun, baik itu teks yang menjelaskan konsep usaha, kisah owner maupun creator-nya, gambar atau foto-foto yang merupakan katalog dari produk yang dihasilkan, bahkan juga berbagai rekaman video perjalanan usaha maupun acara-acara yang pernah berlangsung terkait usaha.
Semua itu merupakan alat berpromosi dan publikasi yang efektif. Jika dibandingkan dengan pemasangan iklan di media cetak atau membuat brosur cetak. Materi promosi cetak, seperti flyer atau brosur tidak bisa dihitung berapa orang yang sudah melihat atau 'aware' dengan produk atau brand kita. Tetapi dengan website, kita bisa melihat data pengunjung dan traffic-nya.
Pelaku bisnis juga bisa melakukan optimisasi dengan menggunakan teknik konten marketing atau mengunakan optimisasi kata kunci dan SEO (Search Engine Optimization) terkait produk atau layanan jasa yang ada sehingga website milik pelaku bisnis UMKM bisa terindeks di halaman pencarian Google atau search engine lainnya.
Berbeda dengan ketika kita mengunggah produk atau layanan milik kita di marketplace, dimana kita tidak memiliki kontrol langsung atas strategi promosi yang diberlakukan marketplace tersebut. Bisa jadi dari segi traffic, berkat strategi promosi marketplace tersebut, produk kita dilihat banyak orang tetapi belum tentu yang melihat itu membeli atau menjadi pelanggan.
Sayangnya lagi, data kunjungan atau berapa jumlah orang yang melihat produk kita di marketplace, tidak dapat dikumpulkan untuk menjadi data pendukung ketika akan menyusun strategi promosi. Berbeda dengan data kunjungan ke website kita sendiri, pemilik website memiliki peluang untuk mengumpulkan data yang bisa membantu mengoptimisasi aktivitas promosinya dan strategi penjualannya di lain waktu.
3. Website memungkinkan kita terhubung dengan pelanggan secara lebih personal dan interaksinya dapat berlangsung lebih cepat.
Kita bisa memanfaatkan berbagai fitur, misalnya fitur chat yang dapat langsung terhubung ke layanan pengiriman pesan secara online di ponsel milik owner atau staf penjualan. Kolom komentar di website dan form contact juga menjadi salah satu cara agar pelanggan atau konsumen dapat terhubung dengan pemilik usaha. Selain itu, info yang dibagikan pun dapat bersifat lebih langsung dan terkini.
Website juga dapat merekam perilaku serta data pelanggan dengan cara meminta mereka mengisi data membership. Kita bisa memberikan personalisasi bagi layanan sesuai dengan profil anggota yang bergabung di website. Dengan adanya personalisasi ini maka nilai diferensiasi dari UMKM akan semakin terasa bagi pelanggan.
Misalnya saja, kita jadi bisa memberikan potongan harga khusus bagi member yang berulangtahun, mengirimkan newsletter ke e-mail pelanggan, sampai memberikan layanan yang personal lainnya.
4. Website bisa menjangkau target market yang lebih luas.Top level domain dibagi menjadi dua yakni Global TLD dan Country Code TLD.
Global TLD sering dikenal dengan domain internasional yaitu: .com, .net, .org, .gov, .biz, .info. Sedangkan Country Code TLD adalah TLD yang diperuntukkan untuk masing-masing negara seperti Indonesia dengan kode ID (co.id, web.id, or.id).
Untuk membangun brand image yang baik, pelaku UMKM atau yang memiliki bisnis online bisa menggunakan nama domain populer agar mudah dikenali oleh konsumen atau pengunjung. Karena nama domain ini digunakan untuk mempermudah pengunjung datang ke 'rumah virtual' kita maka namanya juga harus mencerminkan bisnis, produk, atau layanan yang diusung.
Saat ini, proses pembelian domain dan hosting untuk website sudah semakin mudah, salah satunya dengan cara mengunjungi website penyedia layanan web hosting dan domain sesuai dengan kebutuhan usaha.
Untuk mendapatkan nama domain yang sesuai, kita bisa menggunakan jasa penyedia domain. Salah satunya yang cukup kredibel untuk membeli domain adalah Qwords.com yang berada dibawah PT Qwords Company International. Qwords sendiri sudah beroperasi sejak tahun 2005. Layanannya sudah mencakup kota-kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, dan Jogjakarta.
Selanjutnya, setelah mengenal domain, peserta juga perlu memahami apa itu hosting.
Hosting bisa diibaratkan sebagai tanah yang akan menampung 'rumah virtual' kita. Tanah ini nantinya yang akan menampung data-data yang dimiliki oleh website. Tanah atau hosting biasanya disewa pertahun.
Secara teknis, hosting adalah layanan untuk menyimpan data digital berupa teks, gambar atau video yang dimiliki suatu website. Data website tersebut disimpan di server hosting yang selalu aktif selama 24 jam, dan terhubung oleh internet sehingga website dapat diakses secara online oleh pengunjung.
Saran terbaik agar 'rumah virtual' yang kita miliki bisa memiliki jangkauan yang luas sehingga bisnis di dalamnya dapat dipasarkan dengan baik adalah dengan menggunakan hosting Indonesia yang berkualitas.
Setelah memahami hal yang mendasar dari sebuah website, biasanya di kelas akan muncul berbagai diskusi tentang manfaat dari memiliki website. Pengalaman personal juga biasanya akan dibagikan oleh pemilik bisnis online atau pelaku UMKM yang sudah terlebih dahulu menggunakan website.
Ini beberapa yang saya catat dan rangkum.
Beberapa manfaat memiliki website untuk pelaku UMKM :
1. Website meningkatkan kredibilitas UMKM.
Merujuk data pengguna internet di Indonesia yang pada tahun 2019 ini sudah berada di angka 143 juta maka tidak dapat lagi disangkal bahwa saat ini konsumen akan mencari produk dan jasa yang dibutuhkan melalui internet.
Bisnis online atau UMKM akan menjadi lebih kredibel ketika memiliki website. Biasanya di era dimana konsumen tidak bisa langsung bertatap muka dengan penjual, dibutuhkan faktor 'trust'. Rasa percaya dapat tercipta ketika sebuah bisnis online memiliki 'rumah virtual' sebagai pengganti toko fisik yang bisa dikunjungi.
2. Website menjadi sarana untuk membangun brand awareness, sekaligus sarana untuk melakukan promosi.
Selain sebagai pengganti toko fisik, website dapat berisi berbagai hal terkait usaha yang dibangun, baik itu teks yang menjelaskan konsep usaha, kisah owner maupun creator-nya, gambar atau foto-foto yang merupakan katalog dari produk yang dihasilkan, bahkan juga berbagai rekaman video perjalanan usaha maupun acara-acara yang pernah berlangsung terkait usaha.
Semua itu merupakan alat berpromosi dan publikasi yang efektif. Jika dibandingkan dengan pemasangan iklan di media cetak atau membuat brosur cetak. Materi promosi cetak, seperti flyer atau brosur tidak bisa dihitung berapa orang yang sudah melihat atau 'aware' dengan produk atau brand kita. Tetapi dengan website, kita bisa melihat data pengunjung dan traffic-nya.
Pelaku bisnis juga bisa melakukan optimisasi dengan menggunakan teknik konten marketing atau mengunakan optimisasi kata kunci dan SEO (Search Engine Optimization) terkait produk atau layanan jasa yang ada sehingga website milik pelaku bisnis UMKM bisa terindeks di halaman pencarian Google atau search engine lainnya.
Berbeda dengan ketika kita mengunggah produk atau layanan milik kita di marketplace, dimana kita tidak memiliki kontrol langsung atas strategi promosi yang diberlakukan marketplace tersebut. Bisa jadi dari segi traffic, berkat strategi promosi marketplace tersebut, produk kita dilihat banyak orang tetapi belum tentu yang melihat itu membeli atau menjadi pelanggan.
Sayangnya lagi, data kunjungan atau berapa jumlah orang yang melihat produk kita di marketplace, tidak dapat dikumpulkan untuk menjadi data pendukung ketika akan menyusun strategi promosi. Berbeda dengan data kunjungan ke website kita sendiri, pemilik website memiliki peluang untuk mengumpulkan data yang bisa membantu mengoptimisasi aktivitas promosinya dan strategi penjualannya di lain waktu.
3. Website memungkinkan kita terhubung dengan pelanggan secara lebih personal dan interaksinya dapat berlangsung lebih cepat.
Kita bisa memanfaatkan berbagai fitur, misalnya fitur chat yang dapat langsung terhubung ke layanan pengiriman pesan secara online di ponsel milik owner atau staf penjualan. Kolom komentar di website dan form contact juga menjadi salah satu cara agar pelanggan atau konsumen dapat terhubung dengan pemilik usaha. Selain itu, info yang dibagikan pun dapat bersifat lebih langsung dan terkini.
Website juga dapat merekam perilaku serta data pelanggan dengan cara meminta mereka mengisi data membership. Kita bisa memberikan personalisasi bagi layanan sesuai dengan profil anggota yang bergabung di website. Dengan adanya personalisasi ini maka nilai diferensiasi dari UMKM akan semakin terasa bagi pelanggan.
Misalnya saja, kita jadi bisa memberikan potongan harga khusus bagi member yang berulangtahun, mengirimkan newsletter ke e-mail pelanggan, sampai memberikan layanan yang personal lainnya.
Dengan 'rumah virtual' yang dimiliki, produk atau layanan yang ada tidak lagi memiliki batasan wilayah penjualan. Internet dapat menghubungkan produk yang kita buat dengan konsumen dari belahan dunia lain. Produk dan layanan yang dihasilkan pun bisa dilihat secara global.
Hal tersebut menjadi salah satu kekuatan bagi UMKM, apalagi jika produk yang dihasilkan memiliki nilai budaya yang khas atau kearifan lokal. Produk-produk yang unik dan memiliki selling point tinggi karena keunikan atau kekhasannya perlu mendapatkan sorotan secara global agar mampu mendunia. Dan ini dapat dilakukan apabila pelaku UMKM memiliki website.
Dengan memiliki website, pelaku UMKM sebenarnya sudah melakukan langkah-langkah promosi dan publikasi usaha sejak awal. Selanjutnya, banyak cara atau trik yang bisa dipelajari agar website-nya makin dikenal luas dan mendatangkan konversi penjualan.
Seperti usaha tas milik Ibu C yang menjadi peserta di kelas Womenwill yang dicontohkan di atas, produknya sebenarnya memiliki kesempatan untuk mendunia dengan adanya website. Produknya bisa dikenal dan menjangkau market global dengan promosi dan publikasi yang tepat.
Selain itu, meski hanya memproduksi dalam skala kecil, namun dengan memiliki website, usahanya akan lebih terlihat kredibel. Di website, pemilik bisa bercerita lewat blog-nya, tentang awal mula memulai atau memproduksi tas tersebut. Pemilik juga bisa melengkapinya dengan foto dan video.
Dengan semua informasi yang dibagikan di website, pembeli dari luar negeri tidak akan ragu untuk membeli produk dari belahan dunia lain karena pemilik usaha atau kreatornya memiliki 'rumah virtual'.
Rumah virtual bisa dikunjungi dan seperti menjadi jaminan bagi calon pembeli, karena di dalamnya bisa menunjukkan track record si pemilik, dari mulai katalog produk, kapan pernah mengikuti pameran dan di mana.
Begitupula dengan hal yang terkait dengan payment gateway-nya, cara bertransaksi di website bisa diatur sedemikian rupa sehingga membangun trust antara kedua belah pihak.
Sudah banyak contoh UMKM yang bisa go internasional berkat memiliki website. Salah satu contoh yang bisa dijadikan inspirasi bagi pelaku UMKM adalah produk kuliner asal Kota Kretek, Kudus, yaitu Jenang Sinar 33 Kudus.
Jenang, panganan yang sering dianggap sebelah mata di negeri sendiri ini justru telah memiliki pasar di China, Taiwan, dan Chinatown di Amerika berkat memiliki website usaha. Pembeli dari luar negeri merasa lebih terjamin untuk bertransaksi karena UMKM tersebut memiliki 'company profile' yang bisa diakses secara umum dan luas melalui website-nya.
Gambar adalah ilustrasi : ketika pelaku UMKM membuat website untuk semakin memberdayakan usahanya. |
Itu tadi cerita saya ketika berbagi sedikit ilmu yang dimiliki untuk membantu memberdayakan pelaku UMKM dengan mendorong mereka untuk memiliki website sendiri. Semoga tulisan ini bermanfaat dan bisa memberikan gambaran tentang bagaimana website dapat membantu memberdayakan pelaku UMKM sehingga bisa lebih berdaya dan usahanya dikenal luas.
Referensi tulisan :
goukm.id
qwords.com
keuangan.kontan.co.id
data google publisher 2019
Tulisan ini diikutsertakan dalam Qwords Blog Competition dalam rangka memeriahkan Hari Ulang Tahun yang ke-14, Qwords Cloud Web Hosting dengan tema "Peran website dalam bisnis online."
Komentar
Posting Komentar