Tentukan Goalnya Dulu, Baru Pilih Jenis Investasinya.


Suatu siang, di sebuah kafe yang terbilang masih baru di Kota Semarang. Di tengah hangatnya diskusi di acara Kopdar Investarian bersama Manulife Asset Management, saya berbincang dengan Mbak Eveline, salah satu punggawa dari Manulife Asset Management yang berkantor pusat di Jakarta. "Mba, ceritain dong, gimana strategi 'nabung' atau investasi yang dilakuin Mbak Eve selama ini?" Dari pertanyaan itu, kemudian ada satu simpulan yang intinya, Tentukan goalnya dulu, baru pilih jenis investasinya.

Setelah beberapa kali mengikuti kelas belajar investasi bersama Manulife, saya semakin memiliki gambaran kira-kira mau melakukan apa dengan investasi yang akan saya lakukan. Intinya, sudah cukup memahami bahwa nabung biasa aja nggak cukup karena tabungan lama-kelamaan bakal habis karena 'silent robber', yaitu si inflasi.


Kemudian saya juga udah mulai paham bedanya pasar uang, pasar pendapatan tetap, dan pasar saham, serta investasi reksa dana syariah. Tapi yang masih jadi pertanyaan adalah, kalau sudah memulai investasi, misalnya saya sudah mulai 'nabung' reksa dana nih, terus strategi apa yang mesti saya lakukan agar nilai investasi saya bertambah seiring waktu? 

Sembari menyimak penjelasan dari Pak Legowo Kusumonegoro, Presdir PT. Manulife Asset Management Indonesia yang selalu semangat membagikan ilmunya soal berinvestasi, saya juga 'kepo' dengan bagaimana seseorang yang sudah berkecimpung lama di dunia investasi dan reksa dana mengatur keuangannya. 

Dari Mba Eve, saya jadi sadar bahwa gaya hidup juga bisa jadi 'silent robber' untuk rencana investasi kita sendiri. Beliau mulai sadar untuk mulai menabung dan berinvestasi saat tahu bahwa usianya sudah cukup jauh untuk seharusnya memulai sebuah investasi. Cerita beliau langsung bagai tamparan untuk diri sendiri, lho. Kemana aja selama ini, saya bahkan masih malas-malasan menyiapkan dana darurat.  

Jadi, saya kudu mulai dari mana, nih? 

Ternyata untuk setiap tujuan investasi kita nggak bisa pakai strategi yang sama. Jadi, sebelum memulai investasi tentukan goal utamanya dulu. Kalau misalnya belum punya dana darurat maka yang pertama kali harus dilakukan adalah menyisihkan uang untuk dana darurat.

Kita ngga bisa menyimpan dana untuk liburan, pendidikan anak, pensiun, dan dana darurat dalam satu tempat. Karena kalau disimpan dalam satu tempat,  progressnya jadi ngga jelas. Ada taktik jitu atau strategi untuk setiap goal yang ada. 


Langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan profil risiko tujuan investasi kita dulu.


Ada rumus simpel soal ini, semakin penting sebuah tujuan dan semakin pendek waktu yang tersedia untuk mewujudkannya, maka kita harus semakin hati-hati. Jangan terlalu mengambil risiki dengan alternatif investasi yang terlalu fluktuatif, misalnya investasi pasar saham. Tapi semakin nggak mutlak suatu tujuan dan semakin panjang waktunya buat kita untuk berinvestasi, maka kita semakin leluasa untuk memilih alternatif investasi yang lebih agresif.

Misalnya gini nih, kita mesti ngumpulin uang pangkal untuk masuk sekolah anak lima tahun lagi kita bisa pilih reksa dana pendapatan tetap yang cukup stabil karena kan dalam jangka waktu lima tahun sudah harus terwujud. Tapi kalau misalkan dana yang mau kita kumpulkan hanya buat liburan misalnya, kita bisa pakai reksa dana campuran.

Reksa Dana Manulife punya 17 reksa dana yang bisa kita pilih dengan leluasa, untuk beragam tujuan juga. Mulai dari yang sangat stabil seperti reksa dana pasar uang, sampai yang agresif seperti reksa dana saham. Reksa dana pasar saham ini cocok buat yang mau berinvestasi dengan jangka waktu 7 sampai 10 tahunan. Imbal jasanya cukup besar, namun risikonya juga lumayan besar.

Jadi misalnya kita sedang mengumpulkan dana darurat, ya sudah kita mesti disiplin menganggarkan sebagian pemasukan untuk diinvestasikan di pasar uang. Kemudian, untuk dana kuliah anak yang masih harus terkumpul sepuluh tahun lagi, kita bisa memindahkan sebagian uang ke pasar saham. Kalau sudah sampai nilai tertentu, nanti bisa dipindahkan lagi ke pasar yang lebih stabil.

Lalu, menyisihkan uangnya bagaimana? Ya itu tadi, pangkas gaya hidup yang nggak perlu dan justru memberatkan. Misalnya, tidak harus seluruh barang yang kita miliki harus branded agar bisa secara sosial diterima, atau upayakan agar kita bisa mengatur cost of living yang minimal.

Nah, enaknya Manulife, ada juga reksa dana syariahnya. Buat yang ingin tahu apa bedanya, ini dia yang membedakan dari reksa dana biasa :


  • Kegiatan perusahaan harus tunduk pada prinsip syariah. 
  • Lolos seleksi OJK dan Dewan Syariah Nasional MUI. 
  • Total utang tidak melebihi 45% dari total aset. 
  • Total pendapatan bunga dan non-halal harus kurang dari 10% dari total pendapatan usaha.
  • Unsur-unsur lain yang juga harus dihindari dalam reksadana syariah seperti haram, riba, judi, penipuan, ketidakadilan, tidak bermanfaat, dll.
Nah, sudah ada gambaran kan sekarang bagaimana harus memulai investasi di reksa dana. Pembayaran yang akan dilakukan juga praktis, bisa lewat transfer ATM atau mobile banking BCA, sampai lewat Indomaret. Udah, sekarang tentukan goalnya dulu, baru pilih jenis investasinya. Jangan kelamaan, inget si silent robber!  

Buat temen-temen di Semarang, yang pingin belajar berinvestasi, atau sudah mulai berinvestasi dan ingin bertanya lebih lanjut, bisa kontak tim Manulife di bawah ini, ya. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Kisah Inspiratif Yang Bisa Kamu Jadikan Semangat Menjalani Hidup

Berwakaf Dengan Asuransi Syariah Gimana Caranya?

The Kirana Tembok, A Promising Sustainable Tourism Destination