Keseruan Ulang Tahun Ke-4 Gandjel Rel Bareng Agus Mulyadi Di Pringsewu Kota Lama Semarang

Keseruan Ulang Tahun Ke-4 Gandjel Rel Bareng Agus Mulyadi Di Pringsewu Kota Lama Semarang

Nggak kerasa, udah hampir tiga tahunan kebersamaan saya sama komunitas blogger perempuan di Semarang yang bernama Gandjel Rel. Sabtu, 23 Februari 2019 yang lalu ikut merasakan keseruan ulang tahun ke-4 Gandjel Rel bareng Agus Mulyadi, di sebuah resto bernuansa heritage di Kota Lama Semarang, yaitu Pringsewu. Kayak apa keseruannya? Simak yuk ceritanya.



Pringsewu punya daya tarik tersendiri bagi para pengunjung Kota Lama Semarang, bukan cuma karena menyandang nama sebagai restoran yang sudah cukup punya nama di sepanjang Pantura saja, tetapi juga karena menempati sebuah bangunan heritage yang punya banyak kisah menarik untuk ditelusuri.
Pringsewu dulunya merupakan kantor dagang milik Oei Tiong Ham

brankas milik Oei Tiong Ham

Salah satunya adalah keberadaan brankas milik Oei Tiong Ham yang ada di salah satu sudut ruangan. Sebuah brankas yang sekilas tampak terbuat dari kayu jati, padahal ternyata setelah diamati lebih dekat terbuat dari besi, berdiri kokoh di dalam sebuah ruangan sempit yang bahkan kalau dibayangkan bagaimana bisa brankas sebesar itu bisa masuk ke dalam ruangannya. Mungkin, dahulu kala brankas dimasukkan terlebih dahulu ke dalam ruangan barulah dibuat tembok dan pintunya.

Gedung yang sekarang ditempati oleh Pringsewu dulunya merupakan kantor dagang milik Oei Tiong Ham, yang di tahun-tahun berikutnya beralih menjadi kantor pengacara. Bangunan khas perpaduan arsitektur Eropa cukup lekat. Tampak dari jendela-jendela yang dibuat lebar dan tinggi, untuk menampung cahaya alami masuk menyinari ruangan.

tegel tua yang memiliki noda bekas terbakar di Pringsewu

Selain daya tarik bentuk bangunan, Pringsewu juga masih mempertahankan tegel tua yang memiliki noda bekas terbakar, sebagai pengingat bahwa beberapa tahun silam gedung tua tersebut pernah nyaris terbakar. Gedung tersebut kemudian direvitalisasi menjadi sebuah resoran keluarga yang terasa nyaman. Di bangunan lantai dualah keseruan ulang tahun Gandjel Rel yang keempat diadakan.

Keseruan Ulang Tahun Ke-4 Gandjel Rel Bareng Agus Mulyadi Di Pringsewu Kota Lama Semarang.

Siang itu, udara cukup panas. Ruangan di lantai atas sudah ramai oleh teman-teman blogger perempuan Gandjel Rel sekaligus beberapa undangan. Tampak Agus Mulyadi duduk di bagian depan panggung, menunggu saatnya berbagi kisah menarik tentang perjalanan karir kepenulisannya.

Di bagian belakang, sederetan hidangan telah disiapkan oleh pihak Pringsewu, ada juga sumbangan camilan dari beberapa teman. Sambil berbincang-bincang dengan beberapa teman, saya pun menikmati camilan yang sudah disiapkan. Di satu sudut ruangan, Mbak Ika Puspita sedang sibuk mengumpulkan kado-kado dari teman-teman untuk acara tukar kado.

Nggak lama kemudian, setelah acara dibuka oleh Makpon, giliran Agus Mulyadi, Pemred Mojok unjuk cerita. Dimulai dari awal mula kiprahnya mulai dikenal oleh publik lewat editan foto-fotonya, kemudian dilanjutkan dengan bagaimana turning point-nya terjun menjadi penulis setelah meniti karir sebagai 'pengedit foto', 'tukang jaga warnet', sampai 'tukang prakir' di pusat perbelanjaan.

Agus Mulyadi, Pemred Mojok unjuk cerita di ultah ke-4 Gandjel Rel

Para founder Gandjel Rel berfoto bersama setelah potong tumpeng
Para founder Gandjel Rel berfoto bersama setelah potong tumpeng

Asmari dari dotsemarang kesayangan Emak-emak blogger
Asmari dari dotsemarang kesayangan emak-emak blogger

Dari Agus Mulyadi, kami rupanya diberikan sebuah trik seederhana soal ide nulis, yang sebenernya mudah dan amat sangat bisa ditemukan di dalam kehidupan sehari-hari. Nggak perlu ide yang terlalu muluk-muluk, selama itu otentik, jujur, dan dikemas dengan gaya yang santai, semua jadi mudah dinikmati oleh pembaca.

Acara kemudian dilanjutkan dengan potong tumpeng, yang pada hari itu juga disponsori oleh Pringsewu. Aroma sambel goreng kentang, ati, dan taburan pete sudah tercium ketika sesi potong tumpeng di panggung. Selesai potong tumpeng dan potong kue dari Septi, acara dilanjutkan dengan makan-makan.

Kali ini, Resto Pringsewu menyajikan berbagai hidangan prasmanan yang mengundang selera. Ada tahu kemul yang dibalut tepung, mie goreng, dan banyak lagi menu makanan lezat lainnya.

Pringsewu juga mulai merespon kebutuhan pengunjung Kota Lama Semarang yang tidak setiap saat ingin menikmati hidangan berat. Untuk itu, diluncurkanlah Teraz Oei Tiong Ham. Di sana, setiap sore dari Senin sampai Jumat pengunjung bisa menikmati camilan atau ngopi dan ngeteh cantik sambil menikmati suasana khas Kota Lama Semarang.

Selamat ulang tahun Gandjel Rel yang keempat, komunitas Gandjel Rel sudah seperti bagian dari keluarga besar saya selama tinggal di Semarang. Di sini, saya ikut tumbuh dan berkembang, saling belajar dan menginspirasi satu sama lain. Gandjel Rel bukan sekadar sebuah komunitas tetapi juga rumah kedua, dimana saya ikut tinggal dan bertumbuh di dalamnya. Semoga ke depannya Gandjel Rel dapat terus berkontribusi positif dan terus memberikan inspirasi antara sesama anggotanya.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dua Kisah Inspiratif Yang Bisa Kamu Jadikan Semangat Menjalani Hidup

Berwakaf Dengan Asuransi Syariah Gimana Caranya?

The Kirana Tembok, A Promising Sustainable Tourism Destination