Resolusi Bisnis 2019 : Mengembangkan Ruang Kolaborasi Bagi Pelaku Startup Di Semarang.
Dua hari berturut-turut menghadiri acara yang berhubungan dengan startup di Semarang, membuat saya semakin tergerak untuk mengembangkan bisnis yang sedang dijalani saat ini menjadi ruang untuk kolaborasi. Bisnis apa yang sudah dijalani selama ini? Lalu kenapa ingin mengembangkannya sebagai ruang kolaborasi? Semuanya akan saya ceritakan dalam catatan resolusi bisnis 2019 di bawah ini.
Titik Balik : Dari Pekerja Kantoran Menjadi Entrepreneur.
Sebelum sampai di resolusi bisnis 2019, saya ingin menarik garis jauh ke belakang untuk bercerita mengenai apa yang menggerakkan saya sehingga memilih untuk meniti jalan ke depan sebagai entrepreneur.Dalam kurun waktu antara akhir tahun 2016 hingga awal tahun 2017, saya menjalani hari-hari penuh tekanan yang membuat kondisi fisik dan mental tidak sehat. Saat itu saya sedang menjalani proyek pekerjaan yang tugasnya, secara tidak langsung, memberhentikan karyawan.
Karena alasan kerahasiaan dan kode etik, nama perusahaan, serta detailnya tidak akan saya bagikan di sini. Namun, beberapa pelajaran penting akan saya ceritakan karena itulah yang menjadi titik balik mengapa saya memutuskan berwirausaha.
Kala itu, hampir tiap malam, saya mengalami kesulitan untuk tidur. Saya takut memejamkan mata dan menghadapi pagi hari, dimana saya harus berhadapan dengan wajah-wajah yang sorot matanya redup, garis bibirnya melengkung ke bawah, mimik wajahnya tegang, tampak cemas, dan bahkan marah.
Nyaris tiap hari, kalimat seperti: “Bu, anak saya mau masuk kuliah, apa tidak bisa ditunda hingga enam bulan ke depan?” atau “Saya tidak punya usaha apa-apa, nanti anak-istri makan apa?” atau “Saya nggak punya rencana, saya mau mati saja.” atau “Keterampilan saya cuma kerja kantoran, apalagi?”
Ada banyak kalimat pesimistis, penolakan, kemarahan, bahkan yang lebih buruk lagi dari semua itu. Sesi pendampingan seringkali berakhir dengan mata merah berkaca-kaca atau gebrakan di meja oleh pihak yang merasa diputuskan ‘takdir hidupnya’ secara sepihak.
Berbagai variasi kalimat, yang ruhnya sama; tidak ada yang ingin berhenti tiba-tiba dari pekerjaannya; tidak ada yang siap keluar dari ‘zona nyaman’; sebagian besar pekerja kantoran atau karyawan tidak siap jika harus memulai usahanya sendiri.
Nyaris empat bulan berhadapan dengan semua itu membuat saya letih secara fisik dan mental, hingga akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari proyek. Setelah bed rest selama tiga hari, saya terbangun di suatu pagi dengan perasaan lega, lahir dan batin.
Meski masih dibayangi orang-orang yang saat itu mungkin sedang kebingungan mencari pekerjaan, saya mulai bisa memikirkan hal yang lebih positif; bagaimana jika salah satu dari sekian orang yang sudah berhenti dari pekerjaan itu mulai membangun usahanya sendiri, kemudian satu demi satu terinspirasi untuk membuka usaha baru juga, maka lapangan kerja baru pun ikut tercipta, maka satu per satu akan kembali menjalani hidup dan bekerja kembali.
Di dalam hati saya mendoakan hal seperti itu segera terjadi. Saya juga ingin memulainya untuk diri sendiri.
Di minggu yang sama, ketika kondisi fisik dan mental sudah mulai pulih, saya memutuskan untuk melanjutkan kembali usaha kecil-kecilan di bidang makanan sehat yang sudah dirintis sejak tahun 2013 sembari menekuni kembali dunia tulis-menulis dan blogging.
Sebelumnya, saya juga sudah bergabung dengan beberapa komunitas, seperti komunitas blogger dan komunitas makanan sehat, setelah resign saya berusaha untuk lebih aktif berpartispiasi. Aktif di komunitas menjadi salah satu starting point untuk mulai serius berbisnis karena di sana saya jadi mengenal orang-orang yang juga sedang menjalankan atau merintis bisnis.
Ternyata cukup banyak peluang dan potensi usaha yang bisa dijalani sembari berjejaring dalam komunitas. Tidak jarang konsumen untuk produk-produk makanan sehat yang saya buat juga berasal dari teman-teman di komunitas. Memperluas jejaring dan belajar menjalin pertemanan yang saling memberikan manfaat menjadi salah satu resolusi bisnis saya waktu itu.
Sampai kemudian, bersama teman-teman di komunitas, saya pun mengembangkan Pasar Sehat Semarang, semacam pasar pop-up yang diadakan pada minggu pertama dan ketiga setiap bulannya. Di pasar tersebut terdapat mitra-mitra yang memiliki visi-misi yang sama, yaitu menyebarkan pola hidup sehat dan ramah lingkungan.
Para mitra yang biasanya berjualan secara online bisa menggelar dagangannya sembari melakukan sharing dan edukasi kepada pembeli secara langsung.
Seiring waktu, saya juga semakin serius menggeluti dunia blogging. Ternyata nge-blog juga bisa memberikan pemasukan yang lumayan. Penghasilan nge-blog bisa menjadi tambahan untuk modal mengembangkan usaha kuliner sehat.
Selama menekuni dunia blogging, saya jadi semakin tertantang untuk belajar hal-hal teknis, bukan hanya soal teknis penulisan, tetapi banyak hal lainnya yang masih terkait, misalnya copywriting, content writing, SEO, SEM, sampai digital marketing. Mau belajar keterampilan dan pengetahuan yang baru dengan tekun menjadi resolusi bisnis saya saat itu.
Nulis blog dan dunia digital marketing ternyata punya kaitan sangat dekat dengan dunia bisnis dan wirausaha. Apalagi sebagai pelaku UMKM, saya mulai menyadari adanya pergeseran konsep pemasaran, dari konvensional yang masih tradisional ke pemasaran digital.
Untuk bisa membangun branding dan melebarkan pasar, saya butuh bantuan teknologi internet, saya butuh pemasaran digital. Saya pun mulai mempelajari hal-hal yang terkait dengan digital marketing.
Sejak belajar untuk pertama kalinya, saya langsung jatuh hati karena ternyata di dalamnya berisi perpaduan berbagai ilmu yang saya sukai, mulai dari pemasaran, komunikasi, psikologi, dan teknologi informasi serta internet.
Sejak menyadari bahwa kegiatan blogging bisa disinergikan dengan dunia kewirausahaan, bahkan yang menjembatani keduanya di era teknologi ini adalah digital marketing, saya memutuskan untuk lebih serius menggarap sebuah usaha lain yang bernama Titik Tengah Digital Marketing Creative.
Di pertengahan tahun 2018, Titik Tengah mulai memiliki arah yang lebih jelas. Jika pada awalnya hanya sebagai blogger partnership, dimana Titik Tengah menghubungkan perusahaan, brand atau instansi dengan blogger untuk membuat ulasan atau promosi di blog, secara bertahap mulai ada beberapa pihak yang memercayai Titik Tengah untuk menjadi partner dalam membuat dan mengelola website maupun media sosial.
Kemudian seiring waktu, Titik Tengah juga menjadi media planner untuk instansi atau perusahaan, mengonsep dan menjalankan pemasaran digital, juga melakukan pelatihan-pelatihan terkait digital marketing, entrepreneurship, dan content writing, baik untuk UMKM, instansi, maupun mahasiswa.
Resolusi Bisnis 2019 : Mengembangkan Ruang Kolaborasi Bagi Pelaku Startup Di Semarang.
Dalam perjalanannya, Titik Tengah mengalami gesekan-gesekan positif dengan beberapa komunitas startup lokal di Semarang, yang kemudian memercikkan ide untuk membangun sebuah ruang untuk kolaborasi. Ruang yang bisa menjadi tempat inkubasi ide, bertukar pengalaman membangun bisnis, bahkan ruang untuk bekerja dan berkarya bersama.Awalnya, saya ingin punya SOHO (Small Office Home Office), untuk rekan-rekan freelancer yang selama ini menggarap pekerjaan Titik Tengah sehingga bisa berkumpul, berkoordinasi, dan brainstroming setiap satu minggu sekali.
Keinginan itu bergeser setelah terinspirasi oleh beberapa startup lokal Semarang yang sudah lebih dahulu memutuskan membuka co-working space.
Co-working space merupakan sebuah open space yang memungkinkan pekerja kreatif, freelancer, bahkan pelaku bisnis startup berada di satu atap untuk bekerja, berjejaring, bahkan berkolaborasi.
Konsep co-working di Indonesia sebenarnya sudah ada sejak tahun 2010, di Bandung. Konsep co-working space tentunya memungkinkan peluang kerja kolaborasi terbuka lebih luas lagi karena komunitas atau entitas yang bergabung tidak hanya homogen dari satu latar belakang.
Bahkan sebuah co-working space berpeluang menjadi tempat inisiasi bagi rintisan-rintisan bisnis untuk saling bertemu dan menemukan kebutuhan dalam pengembangan bisnisnya, baik rintisan bisnis digital atau startup, maupun rintisan bisnis konvensional.
Membayangkan bisa mempertemukan orang-orang kreatif dan inspiratif di satu atap, kemudian keduanya bisa saling bertukar pengalaman, bahkan berlanjut menjadi sebuah kolaborasi membuat saya ingin menyulap sebuah ruangan seluas 92,4 m2 menjadi co-working space dengan nama yang sama dengan rintisan bisnis sebelumnya, Titik Tengah.
Di dalam kerangka rancangan bisnis, sebagai co-working space, Titik Tengah memiliki peluang untuk menciptakan ekosistem kreatif di lingkungan yang lokasinya tidak jauh dari Kampus Udinus dan Unaki. Ekosistem kreatif diharapkan bisa mendorong anak-anak muda di Semarang untuk mau dan berani memosisikan diri sebagai entrepreneur atau founder startup.
Nilai bisnis sebuah co-working space juga tidak kecil, mengingat harga sewa per harinya bisa berkisar antara 50.000-250.000 per hari atau 1.000.000-3.200.000 per bulannya untuk sewa bagi satu orang.
Selain itu, setiap minggunya, Titik Tengah berencana memberikan kesempatan bagi komunitas atau warga sekitar tempat co-working berada untuk menggunakan ruangan sebagai tempat berbagi ilmu, bisa dalam bentuk pelatihan, atau mengumpulkan anak-anak untuk belajar bahasa Inggris atau internet secara gratis. Sehingga konsep sociopreneur-nya tetap berjalan.
Sebagai startup, salah satu resolusi bisnis yang ingin diwujudkan Titik Tengah di tahun 2019 adalah dapat merespon tren bisnis yang sedang berlangsung di era digital, sharing economy, dan collaborative work seperti sekarang ini.
Salah satunya adalah dengan memanfaatkan lahan di samping rumah sebagai co-working space. Pembuatan co-working space ini ditargetkan dapat semakin menunjang aktivitas bisnis Titik Tengah, menjaring semakin banyak koneksi dengan komunitas, dan menjadi ruang kolaborasi antar komunitas dan startup.
Hampir mendekati cara menyusun resolusi personal, resolusi bisnis juga harus memiliki nilai urgensi, memiliki tengat waktu, memiliki langkah-langkah atau tahapan yang disusun berdasarkan tujuan akhir.
Untuk itu, saya menyusun beberapa langkah terkait pembuat co-working space Titik Tengah, antara lain:
Selanjutnya adalah menentukan tahapan pekerjaan yang akan dilakukan sebelum pembangunan dimulai. Seperti menentukan material yang akan digunakan sesuai dengan konsep desain dan membuat daftar rencana renovasi :
Agar semua tahapan tadi bisa disusun menjadi RAB (Rencana Anggaran Biaya) jangan lupa untuk memasukkan tahapan finishing, antara lain :
- Pengecatan ruangan dan penambahan wall painting di salah satu sudut dinding ruangan bagian dalam. Memperbaiki dan menata ulang lighting.
- Menambahkan mesin pengondisian udara.
- Penambahan furnitur yang mendukung desain interior, misalnya : loker untuk sepatu, sandal, dan helm, set meja resepsionis, meja dan kursi rapat untuk kapasitas 10 orang, rak buku sebagai partisi, meja kerja untuk di dalam ruangan sebanyak 8 buah, bean bag 12 buah, karpet rumput sintentis, dan papan presentasi atau papan informasi.
Jangan lupa untuk memperhitungkan penambahan peralatan kerja ketika co-working space sudah beroperasi, misalnya apakah harus melakukan pembelian untuk satu set perangkat komputer, scanner, dan printer; bagaimana dengan sambungan internet dan Wi-fi; apakah diperlukan televisi; bagaimana dengan LCD proyektor serta layarnya. Dan jangan lupakan juga ATK (alat tulis kantor) yang akan digunakan.
Rencana ke depannya, ada keinginan untuk mensinergikan usaha co-working space dengan usaha kuliner sehat yang sudah lebih dahulu dirintis, misalnya dengan menambahkan kafe yang menyajikan makanan sehat. Sinergi tersebut akan menjadi salah satu strategi diferensiasi antara co-working yang sudah ada, dengan Titik Tengah co-working space.
Mengoptimalkan Teknologi Digital Untuk Mempermudah Proses Memulai Bisnis.
Membangun sebuah usaha di era digital tidak sesulit yang dibayangkan beberapa tahun silam, apalagi saat ini sudah banyak platform digital yang memudahkan kita untuk menjalankan usaha, misalnya saja dengan adanya aplikasi ojek online yang sudah banyak membantu pelaku UMKM dalam mendistribusikan dan memasarkan produknya.
Untuk berbelanja kebutuhan memulai usaha, terkait dengan merenovasi ruangan menjadi sebuah co-working space, saya juga mencoba memanfaatkan teknologi digital.
Biasanya saat beli bahan atau material untuk renovasi seringkali kita harus survei dulu ke berbagi toko bahan bangunan. Belum lagi untuk barang-barang interior yang misalnya nggak tersedia di dalam kota, kita harus nitip temen di luar kota, atau malah pergi sendiri ke kota tersebut. Selain jadinya ribet, juga makan waktu dan biaya.
Sekarang cuma dengan duduk di depan laptop dan mengakses situs Ralali.com saya bisa menemukan produk-produk untuk renovasi dan menjalankan bisnis co-working space. Produk-produk yang ada di Ralali.com juga termasuk produk unggulan dan terpercaya. Nggak ada lagi acara dateng ke toko bahan bangunan, terus bingung mau milih keran air merek apa, kira-kira awet atau nggak.
Ditambah lagi Ralali.com ini juga punya tim mekanik dan customer service yang bisa kasih saran terkait produk terbaik yang sedang kita cari.
Jadi, sebenernya Ralali.com itu apa?
Barang atau jasa yang dijual diperuntukkan bagi yang akan berbisnis. Misalnya mau memulai usaha kafe, maka Ralali.com menjembatani kebutuhan owner kafe dengan penyuplai barang-barang yang dibutuhkan untuk kafe. Kalau biasanya owner harus belanja 'ketengan' dan pindah satu tempat ke tempat lain, di Ralali semua sudah tersedia.
Bagi teman-teman yang berencana memulai atau mengembangkan bisnis di tahun 2019, tetapi masih kesulitan mencari supplier terpercaya dan mendapatkan produk dengan harga grosir, Ralali bisa menjadi solusinya.
Saya juga bisa menggunakan fitur custom request untuk menyuplai kebutuhan saat memulai bisnis. Misalnya nih, saat renovasi kan saya butuh beberapa material seperti jendela dan pintu alumunium, saya bisa melakukan permintaan dengan cara memasukkan data-data mengenai barang atau jasa yang dibutuhkan untuk kemudian mendapat penawaran terbaik dari para seller yang tergabung di Ralali.
Ada juga fitur yang disebut dengan RFQ (Request for Quotation). Fitur itu akan membantu kita mencari produk-produk yang dibutuhkan, namun tidak tersedia di website Ralali bahkan tidak tersedia di vendor manapun.
Biar ada bayangan, coba deh, buka lamannya Ralali.com, di samping kiri kita bisa melihat dua belas kategori kebutuhan bisnis, baik berupa barang dan jasa. Kita bisa memilih salah satu kategori, sesuai dengan kebutuhan. Kalau terkait dengan usaha membuat co-working space, maka bisa meng-klik kategori 'Building Materials' , Furniture & Decorations, dan Office & Store Supplies.
Kenapa Ralali bisa menjadi partner untuk mewujudkan Resolusi Bisnis 2019?
1. Merupakan startup asli Indonesia yang mendukung perkembangan UMKM di Indonesia.sumber gambar : https://www.instagram.com/ralalicom/ |
Ralali.com ini mempunyai visi untuk menjadi platform bisnis terbaik yang menghubungkan dan memberikan solusi bagi para pebisnis melalui teknologi digital. Salah satunya adalah dengan mengembangkan dan memperkuat sektor ekonomi mikro dengan memberdayakan, mengembangkan, dan memperkuat pengusaha UMKM di Indonesia.
2. Merupakan B2B marketplace terbesar dan terpercaya di Indonesia.
Sebagai e-commerce yang bergerak pada segmen Business-to-Business (B2B), Ralali sudah berdiri sejak 2013 di bawah bendera PT Raksasa Laju Lintang. Ralali.com juga telah berhasil memperoleh pendanaan US$7 juta atau setara dengan Rp104 miliar dari investor multiglobal, termasuk SBI Group, perusahaan jasa keuangan; AddVentures, venture capital anak perusahaan SCG (Siam Cement Group); grup industrial di ASEAN, dan Digital Garage, inkubator digital global.
Pendanaan ini akan digunakan untuk menjalankan misi Ralali.com, yakni melayani 30 juta UKM di Indonesia dan ekspansi ke pasar global dengan menyediakan solusi segmen bisnis yang lebih luas.
3. Menyediakan beragam kebutuhan kategori bisnis dan menawarkan harga grosir.
Ralali.com menyediakan beragam kategori bisnis, mulai dari kebutuhan produk Maintenance, Repair and Operation (MRO), hotel, restoran dan kafe, serta lainnya. Tercatat, Ralali.com juga telah memiliki 250.000 SKU, 25.000 pemesanan, 10.000 penjual, 50.000 pembeli, 135.000 pengguna, dan 2.000.000 pengunjung setiap bulan dari seluruh Indonesia.
Ralali memiliki lebih dari 1200 vendor dan sekitar 75.000 produk dalam berbagai kategori. Kita juga bisa melakukan penawaran harga pada penjual secara langsung melalui fitur chat. Rata-rata harga produk yang terdapat di Ralali merupakan harga grosir dan harganya lebih murah sehingga kita bisa mendapatkan keuntungan dengan menjual kembali produk tersebut dan bisa bersaing dengan pelaku usaha lainnya.
4. Pembayaran di Ralali aman dan terpercaya, serta banyak promo menarik.
Penjual dan pembeli di Ralali menggunakan rekening bank bersama sehingga transaksi dipastikan aman. Ralali memberi jaminan kepastian pembayaran mudah dan cepat dalam 4 hari kerja melalui pembayaran lewat ATM dan internet banking yang didukung oleh bank-bank ternama.
Selain itu, banyak promo dan diskon yang ditawarkan Ralali.com yang bisa dimanfaatkan. Kita bisa memulainya dengan membuat akun di Ralali dan memanfaatkan promo yang ada untuk memaksimalkan keuntungan usaha yang sedang kita rintis.
5. Terbuka peluang kerjasama dengan Ralali baik untuk berjualan produk maupun jasa.
Ralali bukan hanya menawarkan produk dengan harga grosir bagi pelaku usaha tapi juga membuka peluang bisnis yang tidak kalah menarik bagi pemilik produk, yaitu tawaran kerjasama dengan cara berjualan dengan Ralali.
Pemilik produk dan jasa berkesempatan menawarkan produk dan jasanya di Ralali dengan syarat dan ketentuan berlaku. Hal ini tentu menjadi peluang bagi pemilik produk yang kesulitan untuk memasarkan produknya secara online.
Hampir semua produk yang bisa dibeli di Ralali, kita juga bisa mengajukannya sebagai penjual produk tersebut. Mulai dari kategori pertanian dan makanan, furniture dan dekorasi hingga berbagai produk kebutuhan kantor dan lain-lain.
Jika tidak memiliki produk, namun menguasai ketrampilan tertentu, kita juga bisa menawarkan jasa kepada customer. Hingga saat ini jasa yang ditawarkan di Ralali meliputi jasa desain, jasa kebersihan, dan jasa lain, seperti katering, konsultan, SPG dan lain-lain.
Dengan adanya Ralali, mewujudkan mimpi membuka atau mengembangkan usaha di tahun 2019 ini menjadi lebih mudah, bukan? Jadi, masih mau tunggu apa lagi? Segera wujudkan resolusi bisnismu dan jadikan Ralali sebagai partner bisnismu tahun ini.
Komentar
Posting Komentar